Karangan Bebas - Teror Konservasi Alam

     Kali ini saya akan membagikan sebuah Karangan bebas bergenre pembunuhan disalahsatu Konservasi Alam. Anda tidak perlu repot untuk mendownload , anda bisa langsung membacanya berikut ini, Sebelum membaca , sekali lagi , cerita ini hanya kiasan dan tidak benar terjadi , kesamaan nama dan tokoh hanya berdasarkan pilihan nama tidak berhubungan dengan dunia nyata , SELAMAT MEMBACA.
JUDUL : TEROR KONSERVASI ALAM
BAHASA : INDONESIA
GENRE : PEMBUNUHAN
PEMBACA : SEMUA UMUR

BAGIAN I "Awal"
   
Perkenalkan, namaku Febrian rianto, panggil saja rian. umurku 27 tahun dan sudah bekerja di sebuah kantor pemasaran hasil alam. sudah umur 27 tahun tapi saya masih lajang dan belum mendapat pasangan yang benar-benar bisa menjadi seorang pendamping di hidup saya. tapi , itu tidak menjadi beban pikiran saya, selagi saya percaya akan kehendak tuhan, saya tetap bersemangat dalam menjalankan kehidupan saya sebagai seorang karyawan. saya masih tinggal di kos-kosan. biasa pada pagi hari , saya berangkat dari kos sekitar pukul setengah 7 pagi agar sekiranya saya bisa sampai tepat waktu. kantor sebenarnya sudah aktif sekitar pukul 8 , tapi karena begitu banyak yang perlu dipersiapkan, maka kantor dibuka pukul 9 pagi. saya sebagai karyawan senior hari ini mengikuti rapat karena adanya penerimaan calon karyawan baru. dan seperti biasa, nantinya para karyawan baru akan kami ajak mengunjungi konservasi alam supaya mengenal lebih banyak tentang hasil alam yang bisa saja berguna disetiap detailnya. dulu , sewaktu saya pertama kali mengikuti konservasi alam ini , ada sekitar 6 orang menjadi korban karena longsor yang menerjang tempat tersebut. 1 orang diantaranya merasa petugas pengamanan konservasi tersebut lalai dan tidak mau bertanggung jawab. tapi sayangnya, tempat konservasi alam yang terdekat hanya tempat yang memakan korban tersebut. memang saya akui, keindahan dan panorama didalam konservasi tersebut tidak bisa ditandingi. saya benar-benar terpukau saat pertama kali masuk kesana. sesuai arahan manager kami, akhirnya diputuskan untuk kembali mengunjungi konservasi alam tersebut. sempat konservasi tersebut tutup akibat longsor dan banyak teror. tapi untuk sekarang kembali dibuka dan saya harap tidak terulang lagi kejadian yang sama seperti dulu.

BAGIAN II "Tur dimulai"
   
Hari esoknya, kami semua berkumpul di halaman kantor untuk menyambut para karyawan baru dan akan siap berangkat menuju konservasi alam yang saya sebut-sebut kemarin. karyawan baru cukup banyak. ada sekitar 30 orang yang berhasil lolos kualifikasi dan diterima sebagai karyawan. saya juga sebenarnya senang, karena karyawan yang terdahulu sangat minim dan banyak sekali pekerjaan yang terbengkalai. namun akhirnya ada penerimaan kembali dan mungkin bisa mendobrak angka pemasaran dari tahun tahun sebelumnya. setelah arahan dari manager, kamipun siap berangkat menuju lokasi konservasi alam. ada sekitar 3 bus yang mengantar kami kesana. sepanjang perjalanan, para karyawan baru dipersilahkan memperkenalkan namanya agar yang lain dapat mengenal. saya sebagai senior cukup bangga karena diberi tanggung jawab atas kelancaran acara ini. sesampainya di konservasi alam , ternyata kami tidak sendirian. ada kelompok anak SMA dan ada juga kelompok dari pemasaran juga. saya dan senior-senior lain membariskan semua karyawan agar dapat menghitung kembali jumlah keseluruhannya. setelah semua menerima arahan dari kami semua, sayapun memimpin 4 orang karyawan baru untuk masuk ke konservasi alam. kami sepakat sekitar pukul 3 sore , semua sudah kembali ketempat semula. sebagai penghubung, setiap senior diberi HT atau Handy talky. ternyata sekitar 5 tahun lamanya saya tidak berkunjung ketempat ini , para pengurus konservasi menugaskan beberapa polisi hutan untuk berpatroli, sehingga polisi tersebut memberi channel HT nya agar dapat dihubungi dengan mudah. saya dan keempat karyawan baru mulai memasuki konservasi. konservasinya cukup luas dan sangat susah mencari jalan keluar bila tidak dengan kompas. saya sempat berkenalan kembali dengan junior baru saya. mereka bernama Susi, yana, Rein dan Gildo. mereka terkadang mengajak saya bercanda ketika menanyakan status hubungan saya."Bapak masih muda dan ganteng , tapi kok masih lajang aja sih" begitulah rayuan dari junior perempuan yang saya pimpin. tapi itu memang benar , saya akhirnya tertawa dan bercanda dengan mereka. pukul setengah 12 siang, sepertinya perjalanan kami sudah panjang kedalam. kami juga sudah banyak menjumpai tanam-tanaman yang ada diproduksi di kantor. aku menyuruh juniorku untuk istirahat dan makan siang. sembari makan siang, aku mengontak setiap senior lain. ada terbagi 9 tim. saya berada ditim 5. mulai memanggil dari tim 1 hingga tim 4. sedikit komunikasi terganggu di tim 7 dan 8 tapi tetap masih bisa terdengar suaranya. saat mengontak tim 9, ada 9 kali saya berusaha memanggil dan monitor perkembangan tim 9. saya juga menyuruh yang lain untuk mengontak tim 9, tapi tidak ada panggilan dari sana. tiba-tiba saya dipanggil junior saya dan menunjukkan sebuah asap muncul dari arah tenggara. tim tim lain juga melihatnya. mungkin itu hanya asap dari arah gerbang atau asap dari teman-teman yang lain yang berusaha memasak makanan. karena tim 9 tidak juga dapat dihubungi , saya dan tim lainnya memutuskan untuk kembali lebih awal agar tidak terjadi hal-hal diluar rencana. saya mengontak polisi hutan untuk menyisir daerah tenggara konservasi agar mencari tim 9 yang sampai pukul 1 siang tidak dapat dihubungi. saya dan junior saya memutuskan untuk kembali ke arah gerbang utama. supaya mudah kami juga menandai jalur kami dengan kapur agar tidak tersesat. tim 2 dan tim 6 sudah berada di luar konservasi. disusul tim 1 . saya perkirakan sekitar 20 menit tim 5 bisa sampai di gerbang. saya berhenti sejenak karena ada channel lain yang berusaha masuk dan mengganggu komunikasi dengan polisi hutan. sekitar 2 kali dia mencoba mengganggu namun hanya terdengar suara desis yang tidak menentu. junior ku tampak ketakutan dan mereka merasa ada yang salah dengan tur ini. polisi hutan mengontakku dan melihat adanya kartu pengenal dari perusahaan pemasaran tempatku bekerja. dan benar , nama tersebut adalah pemimpin dari tim 9. saya merasa sesuatu bakalan terjadi. dengan terburu buru saya berusaha mengantar semua junior saya kedepan gerbang. sekitar 20 menitan akhirnya saya sampai di depan gerbang. tim 1 , 2 dan 6 sudah berada di tempat semula. tim 7 dan tim 8 sedang dalam perjalanan. saya menyuruh mereka untuk cepat karena ini sudah diluar rencana. aku mengajak teman saya nathan untuk membantu pencarian tim 9. perasaan takut dan khawatir, jangan sampai kejadian kemarin terulang kembali.

BAGIAN III "Penghuni Konservasi alam"
   
saya dan nathan berjalan dengan cepat menuju lokasi dimana polisi hutan menemukan tanda pengenal dari senior tim 9. namanya adalah Meila. sekitar pukul 2 siang, saya dan nathan berhasil menemukan lokasi dimana polisi hutan tersebut menemukan tanda pengenal tersebut. polisi hutan tersebut memberitahu posisi awal dari tanda pengenal tersebut. saya dan nathan memeriksa daerah sekitar tempat dimana tanda pengenal itu jatuh. tidak ada bekas perkelahian. tapi , ada kecurigaan di ranting yang putus dan jatuh tak jauh dari lokasi ditemukannya tanda pengenal tersebut. Polisi hutan tak mengatakan adanya kehidupan hewan liar di konservasi ini. "konservasi ini memang sangat luas tapi batasnya pasti ada" tangkas polisi itu kepada kami. "Namun , saya juga agak tidak mengerti dengan teror asap yang sering muncul di konservasi ini. asap tersebut muncul tidak selalu di waktu yang sama. juga tidak setiap hari. tapi , setiap polisi yang ditugaskan untuk mencari asal asap tersebut, mereka tidak pernah kembali.Saya tidak berani memberitahu kepada polisi yang lain karena takut, konservasi ini tutup dan tidak ada lagi Pekerjaan kami." penjelasan polisi tersebut menguatkan pikiranku bahwa pasti ada seseorang dibalik semua ini. tidak mungkin mahluk Halus. tidak mungkin juga hewan buas. pasti ada seseorang yang tidak pernah mau keluar dari konservasi ini sampai dia benar-benar mendapat apa yang dia mau. saya berterima kasih dengan polisi tersebut dan mengatakan bahwa semua yang sedang berkegiatan di konservasi ini harus dikeluarkan segera dan konservasi ini harus ditutup dan diselidiki lebih dalam. saya dan nathan mencoba kembali menghubungi tim 9 tapi tetap tidak ada balasan. saya dan nathan kembali berjalan untuk menyusuri konservasi tersebut. asap yang semula melambung tinggi kini tidak terlihat lagi. sekitar beberapa meter kedepan terdengar suara tawa dan seseorang sedang mengobrol. saya dan nathan spontan langsung berjongkok dan berjalan perlahan. saat mengintip dari balik pohon , ternyata itu beberapa anak SMA sedang berkumpul dan beristirahat. aku mengelus dada dan jantung yang semula berdetak kencang kembali berdetak normal. baru saja mau menghampiri mereka, sosok misterius dengan memakai baju SMA dan memakai topi keluar dari balik pohon tak jauh dari tempat anak SMA itu berkumpul. aku dan nathan kembali mendadak mundur dan bersembunyi kembali karena terlihat dari belakang , anak SMA bertopi itu memegang senjata tajam. nathan begitu takut dan berlari kearah belakang. mataku benar-benar tidak membayangkan apa yang terjadi tepat didepan mataku. Anak SMA yang berkumpul tersebut semua dibantai oleh anak SMA bertopi tersebut. menusuk punggung dari belakang, menyayat lehernya , ada anak SMA yang melawan tapi dia harus kehilangan tangannya karena tersayat. aku bersembunyi dibalik pohon dan mengambil nafas perlahan karena nafasku begitu cepat dan tidak beraturan. aku perlahan melihat lagi kearah tempat pembantaian tersebut. kulihat anak SMA bertopi itu sedang menyeret salah satu korbannya. sejenak detak jantungku seperti berhenti karena melihat anak SMA bertopi tersebut berhenti menyeret dan perlahan tatapannya beralih kearahku dan 90% pasti dia melihat mataku. dengan sigap saya berlari menuju kearah pepohonan dan berusaha mengejar nathan. saya berlari tanpa arah dan dicampur rasa takut. entah apa yang saya pikirkan ketika berusaha melihat kebelakang , saya tersandung dan terjatuh. kepala saya terkena batu. darah mulai terlihat jatuh dari kepalaku dan akhirnya saya kehilangan kesadaran. Ketika mata mulai melihat terang dan melihat beberapa pohon didepan, saya berusaha bangkit dari tanah dan bersandar di salah satu pohon. suara HT yang terdengar samar-samar memanggil namaku mulai terdengar , perlahan demi perlahan saya berusaha untuk sadarkan diri. kulihat HT didepanku dan membalas panggil mereka."Oh! Syukurlah rian, kau masih hidup , dimana kau sekarang? apa kau terluka?". terdengar seperti suara managerku yang mengontak dari gerbang. saya membalas dengan suara yang lemas dan hanya bisa terduduk dan tidak tahu ada dimana. kompas yang saya pegang mungkin terjatuh entah dimana. kulihat sekeliling hanya tampak beberapa pohon kosong yang tidak ditandai."Polisi sedang menyisir perlahan konservasi ini, kamu bersabarlah disana dan tetap jaga keadaanmu". begitulah perintah dari managerku. dia juga memberitahu bahwa tim 8 masih dalam pencarian sedangkan tim 7 sudah sampai di gerbang. saya perlahan menceritakan apa yang saya lihat tadi. dengan terbata-bata dan mulai meneteskan air mata, saya merasa ini ada kaitannya dengan peristiwa 5 tahun yang lalu, dimana ada 6 orang yang menjadi korban dan 1 orang diantara merasa keamanan di konservasi ini tidak bertanggung jawab. tapi masalahnya bukan disitu. yang mungkin membuatku berfikir bahwa hal ini ada kaitannya dengan peristiwa kemarin adalah siapa sebenarnya korban - korban yang meninggal kemarin?. sayapun meminta tolong kepada manager untuk meminta data setiap korban longsor 5 tahun yang lalu. sembari hal itu ditangani , saya berusaha bangkit dan mencoba untuk menyusuri tempat yang berusaha memakan nyawaku ini. sekitar beberapa meter kedepan , saya melihat seseorang terbaring dan penuh darah. saya terjatuh dan bersujud disampingnya , kulihat wajahnya dan ternyata itu adalah nathan. saya kembali meneteskan air mata dan merasakan pedihnya melihat temanku sudah tidak bernyawa dengan luka sabetan di sekitar perutnya. saya melihat sekeliling dan mata saya tertuju pada sebuah kain. perlahan saya mendekat dan mengambil kain berwarna biru tersebut. ternyata itu sebuah Syal yang dipakai dileher. saya mengingat - ingat apakah ada temanku yang memakai syal. tidak ada. pasti tidak ada , ini pasti punya seseorang. syal ini sudah sedikit robek dibagian ujungnya. saya mencoba memberi tanda agar mayat nathan nantinya bisa dievakuasi. saya berjalan perlahan , kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 5 sore. hari semakin larut dan saya pasti bakalan bermalam disini. apakah yang akan terjadi tuhan? apa saya akan berakhir disini? begitulah pikiranku sembari menyusuri jalan yang tak tentu arah.

BAGIAN IV "SYAL BIRU"
   
Pukul 6 sore. saya mengontak tim yang digerbang dan mengatakan bahwa nathan telah meninggal. jasadnya masih tergeletak dan harus segera dievakuasi. data yang kuminta akhirnya telah diketahui. ternyata, 5 tahun yang lalu ada 1 keluarga dengan beranggotakan 6 orang. terdiri dari pasangan suami istri, 2 anak dan 2 pasangan tua (kakek dan nenek). mereka berlibur dan berjelajah dikonservasi ini. mereka berjelajah terlalu kedalam dan mencapai batas dalam dari konservasi ini. hujan lebat turun waktu itu. polisi hutan sempat mengumumkan hal tersebut kepada pengunjung. tapi karena ke-6 keluarga ini berada pada daerah yang sangat rawan terkena longsor maka mereka menjadi korbannya. mereka semua menjadi korban. hanya 1 yang selamat. dia bernama Luis, anak kedua dari pasangan suami itri dari keluarga tersebut. jadi, mungkin sosok yang kulihat tadi adalah Luis. tapi apa yang membuat dia melakukan hal sekeji itu?. saya berterima kasih kepada teman-teman di gerbang sudah menginformasikan hal tersebut. namun tiba-tiba seseorang mengayunkan sebongkah kayu dan hampir mengenai kepalaku. saya menghindar dan berusaha menenangkannya. karena ayunan kayunya begitu keras, saya hanya bisa mundur dan sempat tersungkur. kayu tersebut melayang dari atas dan siap mengenai kepalaku. aku menahannya dengan tanganku dan mengatakan saya ada polisi."Hentikan! saya polisi! kita bisa keluar dari sini sama-sama!. dia menatapku dan mengambil nafas panjang. dia melepaskan kayu tersebut dan tersungkur dihadapanku. dia seorang wanita. dilihat dari bajunya, dia guru dari anak SMA yang sudah terbunuh tadi. dia menangis dan tetap menyuruhku jaga jarak dengannya. saya menuruti nya dan tetap berada didekatnya. waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan langit mulai gelap. saya mengumpul beberapa potong dahan kayu dan membuat api. sekitar 1 jam tidak mengobrol dengannya, saya mencoba untuk membuka pembicaraan."saya rian. saya seorang karyawan di sebuah kantor pemasaran. teman-teman saya juga mengalami apa yang anda alami dan kami sedang mengusut pelakunya". dia hanya terdiam dan tak mau bicara. saya tertunduk dan tak berapa lama dia akhirnya mau juga berbicara."apa kau melihatnya menyiksa anak-anak didikku? kau melihatnya kan?!" dia mulai menatapku sambil mengeluarkan air mata."dengar! anda harus tenang! ya saya memang melihatnya. saya juga merasakan hal yang sama karena salah satu tim dan temanku harus menjadi korban karenanya. dia juga manusia seperti kita. tapi dia melakukan hal itu karena 1 hal yang mungkin dia inginkan dari tempat ini". pembicaraanku tersebut membuatnya berhenti menangis dan mulai menceritakan apa yang dia rasakan. "dia muncul begitu saja dari balik pohon dan berusaha menyayatku. tapi tiba-tiba seseorang berkacamata menghampiriku. aku tau dia takut , tapi dia berusaha memberitahu ku untuk berlari dan mencari jalan keluar. tapi sayangnya dia tersayat dibagian perut dan aku berhasil lari". berkacamata? mungkin itu nathan. berarti nathan berusaha untuk menyelamatkan nyawanya sebelum akhirnya dia harus terbunuh. saya mengeluarkan syal biru yang saya dapat dan memberikan padanya."Kau dapat ini darimana?" tanya wanita itu kepadaku tentang syal biru yang kemungkinan itu miliknya."Aku menemukannya tak jauh dari mayat temanku nathan yang berkacamata itu".dia terdiam dan mengatakan ternyata pria berkacamata itu teman saya. dia meminta maaf atas kejadian yang tadi hampir membuatku terpukul dengan kayunya. aku hanya tersenyum dan hal itu sebenarnya benar-benar perlu dilakukan untuk menjaga diri sebelum bisa sampai keluar dari konservasi ini. saya menyuruhnya untuk tetap memegang kayu yang dia pegang tadi. karena kondisi kami sekarang masih dalam keadaan yang kurang baik, saya memutuskan untuk beristirahat sejenak. aku coba mengontak teman-teman yang berada di depan konservasi. ternyata mereka disana sedang mendata karyawan-karyawan baru yang berhasil selamat. di tim 8 sekitar ada 3 orang yang dipimpin senior bernama farel, sedangkan di tim 9 ada 3 orang juga yang dipimpin senior meila. tim 8 coba kuhubungi melalui HT. tidak ada suara yang kudengar dari sana. karena suasana malam cukup membuatku mengantuk, akhirnya akupun mencoba untuk terjaga agar dapat mengisi kembali tenagaku. suara samar-samar terdengar dari HT ku. kulintasi mataku untuk melihat jam , sekedar untuk mengetahui sudah berapa jam aku terlelap. terlihat sudah pukul setengah 12 malam. saya melihat sekeliling. api yang kubuat hanya menyisakan arang-arang yang masih membakar bagian dalam kayu karena tertiup angin. kulihat guru SMA tersebut tertidur disebrang kayu tersebut. sepertinya dia tidak mau beranjak tanpaku. sedikit terlintas pikiran tersebut , tapi yahsudahlah , lagian sudah malam . tiba-tiba di HT terdengar suara orang terengah-terengah sambil mencoba mengatur pola nafasnya yang begitu cepat."Syukurlah! oh tuhan syukurlah Akhirnya HTku ketemu!, halo! halo! ada yang bisa mendengarku! tolong! ini farel! senior tim 8!". Suara yang pelan dan terbata-bata itu langsung kusambung untuk menanyakan keberadaannya."Farel! Farel! oh tuhan syukurlah! ini aku rian! dimana kau sekarang? kenapa tidak ada kabar?!". "rian! ini sudah diluar kendali. kita harus membatalkan seluruh rencana. aa.. akuu gak tau ini ada dimana, tapi tolong kirim pertolongan kemari rian! kakiku terluka." aku mengambil nafas panjang dan mengontak farel agar tetap tenang dan cari tempat yang aman untuk berkomunikasi. setelah beberapa menit, farel berhasil berteduh disebuah pohon dan mencoba untuk menenangkan dirinya. dia perlahan menjelaskan bahwa timnya tiba-tiba kedatangan sosok yang tidak mereka kenal. dia berbadan tegap dan memakai pakaian SMA serta topi hitam. dari badannya , farel meragukan dia itu anak SMA yang sedang berkunjung , karena tanpa basa basi, orang tersebut mengayunkan pisau dan hampir menyayat tangannya. farel sempat menyuruh ke-3 juniornya untuk lari. seakan dia seperti hantu, dia berhasil mengejar dan menghabisi ke-3 juniornya. farel juga sempat terkena pukulan telak dikepalanya yang membuatnya pingsan. ketika dia sadar. dia sudah diikat dengan kaki diatas, dan kepala dibawah. saat dia mencoba melepaskan tali, sosok tersebut datang kembali dan membawa sebuah pisau. farel sempat memukul kepala sosok orang tersebut karena jaraknya begitu dekat dengannya. dia berusaha memotong tali dikakinya. mungkin disaat itulah luka dikakinya timbul.dia melarikan diri dan mencoba untuk kembali mencari HTnya yang sempat terjatuh. kejadian tersebut membuatku yakin ini ulah dari luis , korban longsor 5 tahun yang lalu. dia membawa dendamnya sampai kepada pengunjung yang ingin bersenang-senang disini. aku menarik panjang nafasku dan beranjak dari tempatku. aku membangunkan guru SMA tersebut dan mengatakan bahwa kita harus bergerak, karena ada teman butuh pertolongan. fisikku sudah siap untuk mencari dan menatap langsung wajah luis yang telah membunuh banyak orang disini.

BAGIAN V "DIPERTEMUKAN"
   
suasana dingin ditambah lagi gelapnya hutan membuat saya dan guru SMA tersebut berjalan perlahan demi perlahan agar tidak ada yang terluka. "Kau tau arah kemana kau pergi?" Tanya guru SMA tersebut yang berusaha meyakinkan arahnya yang mengikutiku."Tenang, saya ada alat komunikasi. kita menuju tempatku pernah beristirahat bersama juniorku. aku ingat pohon yang cukup besar berada disekitarnya". kami tetap berjalan meskipun penerangan satu-satunya hanya pada cahaya bulan. sekitar pukul 3 pagi subuh, aku akhirnya menemukan daerah dimana jarak antara pohon kepohon semakin jarang dan itu tandanya kami semakin menuju kedalam daerah konservasi ini. saya melihat beberapa pohon yang agak besar. pasti ada pohon dimana ada banyak bungkus makanan disekitarnya. aku lupa menyuruh juniorku untuk memungut kembali sampah mereka. setelah mencari agak lama, pohon yang dicari akhirnya ketemu."saya pernah istirahat disini, aku akan memakai pohon ini sebagai alat untuk menghubungkan kita dengan yang lain, dengan begitu , mereka semua akan datang kemari dan berkumpul". saat aku berusaha memanjat pohon tersebut , guru SMA tersebut seperti melihat sesuatu dari balik pohon di sekitar kami."Ri. rian , aku rasa kita diintai dan diikuti seseorang dari arah sana". aku memberanikan diri untuk melihat kearah dimana guru tersebut melihat sesuatu. Perlahan detak jantungku berdetak begitu kencang saat akan mencoba mengintip kebalik pohon . dengan sigap , aku melompat dan siap akan memukul. ternyata itu farel. aku dan dia menarik nafas lega dan akupun menolongnya. setelah melihat luka yang dialami farel, dia sebenarnya harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat agar dia tidak begitu kehilangan banyak darah, namun situasi tidak memungkinkan dia segera bisa dibawa kerumah sakit. asap yang dibilang menjadi asap misterius di konservasi tersebut kembali muncul. kali ini saya akan mengikutinya. saya menyuruh guru SMA tersebut untuk menemani farel ditempatnya berbaring sambil mencoba menutup luka di kakinya. aku akan berusaha menuntaskan misteri ini sebelum menelan banyak korban lagi. Asap tersebut terlihat begitu memikat sehingga orang-orang yang melihatnya bisa terhipnotis dan mengikuti arah asap tersebut tanpa adanya pemikiran yang lain. aku mencoba untuk tetap tersadar meskipun kondisiku semakin memburuk tanpa makanan. jarakku dengan asap tersebut semakin dekat. tanah mulai tidak rata dan mulai menurun perlahan. aku melihat asap tersebut muncul dari atas tanah. mungkin ada ruangan atau semacamnya di dalam. terlihat ada sebuah lubang yang merupai pintu masuk ke dalam Goa. baru kali ini aku mencapai daerah ini, karena aku kurang mengetahui adanya goa ini didalam konservasi. dengan memberanikan diri, aku mencoba mulai menelusuri kedalam goa tersebut. semakin kedalam, aku melihat ada beberapa lilin yang dipasang dibawah goa sebagai penerang jalan. aroma daging seperti dimasak semakin menyengat tercium saat aku semakin kedalam goa tersebut. semakin kedalam , goa tersebut terbagi menjadi 2 jalan. jalan pertama ditutupi oleh batu yang sedikit besar. karena jalan kedua sepertinya bisa kulewati , aku kembali menelusuri goa tersebut. ada sebuah ruangan didalamnya. ada banyak sekali lilin dan telepon seluler yang berserakan diatas sebuah meja. ada juga beberapa topi bertuliskan "Polisi hutan" dan beberapa HT yang sudah tidak utuh lagi. didalam ruangan tersebut ada 4 desain tanah liat yang panjang dan besar. ada 1 lagi yang sepertinya belum jadi. seakan penasaran, aku mendekati desain tanah liat tersebut. ada sebuah tulisan diatasnya dan tertulis"mama, semua ada disini". kemudian di desain kedua tertulis "ayah, aku harus melakukan ini" semakin menemukan titik terang bahwa desain desain tanah liat ini seakan ditunjukkan kepada ayah dan ibunya serta keluarganya yang sudah tiada. 2 desain lain diperuntukkan untuk nenek dan kakeknya . serta yang belum jadi untuk kakaknya. terdengar suara logam besi jatuh dibelakangku. aku sudah memastikan itu luis, karena ketika aku berbalik badan, wajah serta postur tubuhnya yang sangat sangat tidak begitu kuduga dan aku juga tidak begitu kaget karena sebelumnya sempat melihatnya."Terkejut aku berhasil menemukan tempat persembunyianmu?" aku mencoba untuk mengajaknya berbicara agar tidak begitu tegang diantara tatapan mata kami berdua. tak ada jawaban apapun dari mulutnya. yang hanya dia menatapku dengan sangat tajam dan bernafsu ingin membunuhku."untuk apa kau lakukan ini semua? ini takkan menyenangkan orang-orang yang engkau sayang , yang sudah terbunuh sejak 5 tahun yang lalu. tuhan masih memberikan kau kehidupan, untuk bisa berjuang dan menjadi lebih baik lagi". seakan tidak terima , dia tertawa meremehkan perkataanku tadi."Tuhan mengizinkanku hidup , karena dia ingin AKU MEMBALAS DENDAM SEMUA KELUARGAKU YANG TELAH MATI SIA-SIA DISINI! KAU TIDAK TAU APA-APA TENTANG KELUARGAKU. SEMUA NYA HARUS MATI KARENA YANG AKU MAU HANYALAH PERTANGGUNG JAWABAN MEREKA TERHADAP KELUARGAKU!! kejadiannya memang 5 tahun yang lalu. mereka memalsukan data korban dan berpura-pura padaku bahwa kelima mayat yang telah lama menghilang sudah ditemukan. tapi kenyataannya , mereka masih TERKUBUR DISINI DAN TIDAK DIKETAHUI KEBERADAANYA". sudah kuduga. ternyata benar, data korban dipalsukan karena sebenarnya , berita yang kudengar, ada 6 korban yang terkena longsor dan semuanya mati. hal tersebut membuat dia kembali menggali berita demi berita dan ternyata kelima mayat keluarganya belum ditemukan. dia kembali masuk kedalam konservasi ini dan membunuh semua orang yang masuk kedalam konservasi ini termasuk polisi hutan yang ditugaskan untuk mencari asal asap ini. yang aku duga-duga dari awal ternyata semuanya benar."Dan sekarang, kau tidak membuatku membuang banyak waktu. kau sudah ada ditempatku dan aku siap MEMBUNUHMU UNTUK DIBAKAR BERSAMA TEMAN-TEMANMU YANG LAINNYA".
 
BAGIAN VI "KEJADIAN 5 TAHUN YANG LALU"
   
"Luis! ayo cepat , kita sudah ditunggu ayah tuh", teriak mama dari luar rumah memanggilku. Namaku luis , hari ini aku dan keluargaku akan berlibur mengunjungi sebuah konservasi alam. kami tidak sendiri. ada nenek dan kakek yang kebetulan juga akan ikut berpetualang dengan kami. aku senang bisa berkumpul bersama mereka seperti ini. jarang bisa berkumpul sedekat ini dengan keluargaku. sepanjang perjalanan , aku hanya bisa membayangkan apa saja hal yang bakalan aku temui dikonservasi nanti. aku mempunyai seorang abang. sepanjang perjalanan dia hanya sibuk dengan Ponsel miliknya. aku rasa setiap waktu bersamanya sama saja, yaitu sibuk dengan ponsel. namun, meskipun begitu , dia tetap abang kandungku. sesampainya dikonservasi alam , suasana disana sangat ramai, banyak sekali masyarakat yang akan berkunjung. langit seperti mendung tapi tidak begitu berpotensi hujan. kami menuju loket pembayaran untuk masuk ke dalam konservasi. setelah itu , kami mulai memasuki konservasi alam untuk memulai petualangan."Pa, bagus ya pemandangannya, sejuk lagi udaranya" ungkap mama kepada papa ketika kami mulai berfoto dengan latar belakang yang indah. hari sudah mulai beranjak sore, dan kulihat langit sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan. Terdengar sebuah peringatan melalui mikrofon keras yang mengharuskan seluruh pengunjung untuk segera keluar dari konservasi alam dikarenakan hujan dan badai besar akan datang. aku dan keluargaku sangat jauh berpetualang kedalam konservasi , sehingga kemungkinan bisa setengah jam sampai ke depan gerbang. petir mengagetkan keluargaku dan hal itu mempercepat langkah kami untuk beranjak dari tempat kami beristirahat sejenak. Hujan mulai turun rintik-rintik dan perlahan mulai deras."Pa, sebaiknya kita berteduh dulu di bawah pohon, mama takutnya nenek dan kakek gak kuat untuk berjalan karena hujan". kami akhirnya berkumpul di sebuah pohon besar. meskipun rintik-rintik air hujan terkadang mengenai kepala dan baju kami. rasa takutku mulai muncul ketika tanah diatas didekat kami berteduh mulai bergeser dan batu-batu diatas mulai berjatuhan."Ma, pa , kita harus segera bergegas pergi dari sini. cepat atau lambat , tanah diatas akan bergerak kearah kita dan akan terjadi longsor" tegas abangku untuk mulai mengambil jalan. dengan angin yang cukup kencang serta hujan yang cukup menghentak kepalaku kami terpaksa harus mulai berjalan untuk menuju keatas. 2 kali terdengar petir membuat kami semakin takut dan berusaha untuk menenangkan pikiran kami. sepertinya tuhan tidak bersama kami saat ini. tanah dari atas mulai turun dengan kencang." Longsoor!!"teriak abangku sembari berlari menghindari kencangnya tanah turun dari atas. aku berhasil menyusul meskipun ayah dan ibu masih dibelakang."Bang to , tunggu mama dan papa!!" teriakku memberhentikan langkah abangku."Gak ada waktu lagi , ayah bisa jaga mama , kita harus cepat! kalok engga , longsor ini bakalan mengubur kita!" . aku melihat kebelakang , tanah sudah mulai menutupi sebagian areal tempat kami beristirahat. tak sempat untuk lari, tanah menghantam kepalaku dan terjatuh. aku terbawa arus dan samar-samar terlihat abang juga terseret kebawah. aku mencoba untuk memanjat, tidak ada kesempatan lagi , sebuah batu menekan kepalaku dari atas dan membawaku turun bersama tanah sekaligus membuatku tidak sadarkan diri." dia sudah sadar! hei nak, kau bisa mendengar suaraku?" suara tersebut terdengar samar-samar dan semakin lama semakin jelas. kulihat dia berkacamata dan memakai jubah dokter. kulihat sekelilingku. ternyata aku berada disebuah kamar rumah sakit."syukurlah engkau sudah sadar nak. engkau berhasil selamat dari musibah longsor di sebuah konservasi alam. katanya konservasi itu akan ditutup sementara sampai pemberitahuan lebih lanjut." aku tidak menghiraukan perkataannya, aku kembali bertanya kepadanya."dimana keluargaku? dimana mereka? apa mereka juga dirawat disini?! dimana mereka ?!" ,"Sabar nak , saya bisa jelaskan , sabar. . " , " saya tidak mau sabar , dimana keluargaku?! DIMANA MEREKA?". aku mencoba lari dari tempat tidur , namun dokter tersebut menahanku , sembari 2 orang polisi datang dari luar kamar tidur dan menenangkanku. aku menangis sembari memanggil ayah dan mama berulang - ulang. setelah dinyatakan sembuh akhirnya aku diberi penjelasan dari dokter dan para polisi." Orangtuamu , serta kakek dan nenek dan saudaramu sudah berhasil ditemukan , namun mereka tidak seberuntung dirimu. mereka ditemukan sangat jauh didalam konservasi dan aku sebenarnya tidak ingin memberitahu mu tapi salah satu mayat tidak dalam keadaan utuh". aku hanya bisa tertunduk serta tidak tau merasakan perasaan seperti apa pada saat itu. saat dinyatakan sembuh, akhirnya aku diperbolehkan pulang. aku dijemput oleh saudara yang dekat dengan keluargaku. dia memperbolehkanku tinggal untuk sementara di rumahnya dan setelah aku mendapat pekerjaan dan bisa hidup mandiri , aku akan kembali kerumah. sebelum menuju rumah saudara , aku menyempatkan diri untuk membawa barang-barang milikku. seakan tidak percaya , aku menghela nafas panjang dan meninggalkan rumah. setelah seminggu berlalu , aku mencoba untuk bangkit. aku mencoba untuk refreshing diri di dunia maya. ternyata kasus longsor tersebut menjadi TopLine di pencarian google. aku mengetik dan membuka satu per satu berita tersebut. ternyata konservasi alam tersebut sudah dibuka kembali setelah hampir 2 minggu penyelidikan dan pembersihan area longsor. beberapa berita membuatku merasa ini memang jalan yang diberikan tuhan untuk keluargaku. tapi ketika melihat satu sebuah judul berita yang menyebutkan bahwa "Wartawan sampai sekarang belum diberi informasi tentang jasad korban longsor yang dirawat di Rumah sakit yang tak jauh dari rumah saudara. dengan cepat , aku menyambar jaketku dan bergegas kerumah sakit tersebut. sampai disana, banyak sekali orang-orang yang duduk bahkan ada yang tidur di pelataran depan rumah sakit. kenapa mereka nekat tetap berada disini? aku mencoba masuk kedalam. sesampainya didalam , aku menghampiri bagian informasi dan menanyakan soal korban longsor. dengan berdalih , seluruh mayat masih dalam pemeriksaan, perawat tersebut menanyakan maksud dan apa hubunganku dengan para korban."Saya adalah anak dari suami istri yang menjadi korban longsor tersebut, saya tepatnya juga korban longsor , tapi saya selamat". pernyataan saya tersebut sontak membuat petugas informasi tersebut kaget dan bingung. dia menelfon seseorang untuk datang sebentar ke bagian informasi. seseorang tersebut tak lain adalah dokter otopsi yang memeriksa mayat. anehnya , dokter tersebut tidak percaya serta tetap tidak memberikan saya izin untuk melihat korban. karena begitu geram dan tidak ada yang percaya , akupun langsung bersih keras menuju ruang jenazah. dokter tersebut mengahalangiku dan tak segan akupun melayangkan 1 pukulan keras ke pipinya . aku berlari dan setelah beberapa saat akupun menemukan ruang jenazah. didepan pintu ada 1 orang satpam yang menjaga dan siap untuk memukulku. dengan sigap , aku menghindar dan merebut tongkat miliknya serta berbalik memukulnya hingga dia tersungkur. aku langsung masuk keruang jenazah dan mengunci dari dalam. Di dalam ruang jenazah ada beberapa mayat yang masih utuh dan diantaranya sudah mulai tercium aroma yang tidak sedap. aku berjalan perlahan menyusuri setiap jenazah namun sama sekali aku tidak menemukan mayat keluargaku. Dimana mereka ? tiba-tiba dari luar ruangan terdengar suara dokter menjelaskan bahwa seluruh keluargaku belum ditemukan sampai saat ini. Mereka semuanya masih terkubur didalam sana. Polisi merasa tidak akan menghasilkan apapun bila pencaharian itu tidak diteruskan. Karena sudah hampir 3 bulan pencaharian, namun seluruh keluargamu tidak juga ditemukan. Dugaanku menjadi nyata mendengar penjelasan dokter tersebut. Aku keluar dan beberapa orang berusaha untuk menghakimiku namun sang dokter dan beberapa polisi menenangkan mereka. Setelah kondisi mental dan fisikku sudah mulai pulih, disaat itulah aku akan bersiap untuk balas dendam terhadap mereka yang tidak bertanggung jawab. Aku mendatangi kembali konservasi alam tersebut dan mencari areal longsor kemarin. Areal longsor tersebut membentuk sebuah gua, yang didalamnya banyak sekali kayu dan dahan pohon yang tidak begitu banyak namun, sepertinya gua itu kokoh dan aku bisa menyiapkan diri didalamnya. Aku tidak akan membuat mereka yang datang ke konservasi ini bahagia, tapi aku akan membuat mereka merasakan apa yang saat ini aku RASAKAN!.

BAGIAN VII “MEREKA SEMUA ADA DIHATI”
  
  Luis mulai mengambil sebuah balok kayu yang cukup besar dan bersiap mengayunkannya ke arah kepalaku. Disaat yang tepat , ada sebuah linggis dan dengan sigap aku menahan ayunan balok tersebut dengan besi linggis tersebut. Dia tidak kehabisan akal, saat kami sedang saling menahan, dia menendang perutku, sehingga aku lengah dan dengan cepat dia mengayunkan kembali kayunya. Tidak kala cepat , aku berusaha mengimbangi kekuatannya meski perutku sedikit sakit. Aku menahan balok tersebut sembari memutarnya hingga membuat tangan luis ikut berputar. Sontak, luis menghantam kepalanya ke arah kepalaku sehingga aku sedikit terjerumus kebelakang. ”Kau tak ada guna lagi untuk hidup, lebih baik kau mati disini”. Dengan kencangnya dia menghantam perutku yang seharusnya dapat kuhindari. Pedih dan aku mulai lengah sedikit demi sedikit. Aku mundur sembari melemparinya beberapa ponsel serta HT Yang ada dimejanya , aku lari menuju pertengahan lorong, ketika kulihat lorong yang satunya terbuka , aku bersembunyi kedalam. Didalam lorong tersebut begitu panas, dan semakin kedalam aku semakin melihat sinar yang cukup terang. Sesampainya diujung, ada sebuah lubang ditengah ruangan tersebut. Saat aku melihat lubang tersebut, didalamnya banyak sekali mayat manusia yang gosong dan ada juga yang masih terbakar didalamnya. Ada juga beberapa yang masih utuh dan belum terbakar. Aku melihat kebelakang dan melihat luis semakin mendekat. Diatas gua tersebut ada sebuah jaring-jaring besi. Dengan berarti asap yang sering muncul ditengah konservasi tersebut berasal dari sini. Aku berlari kesisi yang lain untuk menghindari kejaran Luis. Dia berdiri sambil melihat lubang yang penuh dengan mayat tersebut.” Sekarang kau sudah tau darimana asal asap ini, dan aku juga tidak perlu repot-repot mengangkat mayatmu kesini , KARENA AKU AKAN MENJATUHKANMU JUGA SEKARANG DISINI”. Luis melempar beberapa pisau sembari mengambil tali dan akan siap mengikatku. Aku mencoba menghindar sembari memulihkan tenagaku. Salah satu pisaunya menancap di lenganku dan membuatku tersungkur. Ketika Luis hampir tiba didekatku , aku menendang wajahnya hingga membuatnya terjatuh. Aku berusaha merangkak menjauh dengan pisau masih menancap , Luis berdiri memegang kakiku, dan akan mengikat tali kekakiku , aku berusaha menendang , namun dia mematahkan kakiku sehingga tak mampu lagi aku melawan karena begitu sakit kurasakan. Setelah kakiku terikat, dia melempar salah satu ujung tali keatas besi yangt tergantung tepat di atas lubang api tersebut. Dia menarik tali tersebut , membuat kakiku yang patah juga tertarik. Sungguh luar biasa sakit yang kurasa , apalagi ketika aku sudah tergantung tepat diatas lubang tersebut. “Beginilah caraku menghabisi nyawa setiap korbanku. Menggantung mereka, perlahan menurunkan mereka, dan perlahan juga api akan menjilat tubuhmu. Kadang aku juga tidak mau capek, aku langsung melemparkannya ke lubang itu. Tapi , belakangan ini aku tidak ada pertunjukkan, jadi aku akan MEMBAKARMU”. Dia mulai memutar sebuah katrol seperti mengulur tali tadi hingga kebawah. Mungkin inilah akhirku , aku tidak bisa berbuat apa-apa .
 namun, aku melihat pisau di lenganku masih tertancap. Dengan Sigap aku mencabut dan menahan sakitnya, serta mulai memotong talinya. Kulihat dia mempercepat pemutaran katrol , namun aku berhasil jatuh. Meski Jatuh keatas api yang berkobar , aku berhasil memadamkan api disekitarku jatuh akibat timpaan badanku. Aku melihat keatas. Tampak luis sedang kesal dan seperti marah. ”Huh!! Buat susah saja !! Dasar keras kepala !” Luis melompat turun dan berusaha untuk membakarku dengan membawa obor. “ Sudah kakimu PATAH , TANGAN LUKA MASIH SAJA MENGULAH! SEHARUSNYA KAU BERSERAH DAN TAK USAH KERAS KEPALA” ketika dia akan menyodorkan Obor kebadanku, seketika dia terdiam setelah terdengar suara letusan Senjata dari atas. Dia mulai terjatuh dan mulai tersungkur. Terlihat , luka tembak tepat dipunggung belakangnya. Aku melihat keatas , ternyata Guru SMA dan beberapa polisi hutan sudah tiba disana. Aku mendekati dan melihat Luis sudah tidak bernafas lagi. Luis, ini semua sudah berakhir. Meski mereka sudah tiada , tapi mereka tetap dihatimu , seburuk apapun dirimu , mereka tetap menyayangimu.

BAGIAN VIII “ SELAMAT DARI MAUT”
Polisi , Tim Penyelamat serta Pemadam Kebakaran datang menangani lokasi misteri itu. Akhirnya misteri terungkap setelah polisi menemukan semua jenazah keluarga dari luis tepat dibelakang gua tersebut. Polisi memberikan apresiasi kepadaku karena berhasil bertahan dan mengungkap kasus ini. Dengan didampingi guru SMA tersebut , aku dibawa kerumah Sakit untuk perawatan. Selama diperjalanan , aku dan Guru SMA tersebut mencoba akrab.”Hei , aku belum tau namamu , siapa namamu?” , “ Aku Gita , maaf sebelumnya aku hampir juga membuatmu terluka ya” . “ Ah tidak apa , aku malah lebih suka kamu yang mukul dibanding pembunuh itu”. Canda tawa akhirnya kami keluarkan sembari berusaha mencairkan suasana dari hari yang begitu mencekam.

 
                                                                    TAMAT

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer